Tepat hari ini 3 Agustus 2008, ayahanda berumur 100 tahun, karena beliau di lahirkan di Bukittinggi (waktu itu disebut Fort de Kock), pada hari Senen, 3 Agustus 1908, bertepatan dengan 5 Rajab 1326 H. Ada teman-teman ayahanda yang berulang tahun ke 100 tahun 2008, ini antara lain Almarhum Buya H.Abdul Malik Karim Amrullah (dikenal dengan buya Hamka),beliau lahir 17 Pebruari 1908 di Maninjau, dan satu lagi, yaitu mantan Perdana Menteri Mohammad Natsir, yang lahir di Alahan Panjang tanggal 17 Juli 1908. Ayahanda A.Malik Siddik meninggal di Surabaya hari Ahad 3 Mart 1968 (3 Zulhijjah 1388H), dalam usia 60 tahun, sedangkan buya Hamka pada tahun 1980, dan Bpk.Mohammad Natsir tahun 1993. Buya Hamka dan bpk.Mohd.Natsir diperingati ulang tahunnya oleh masyarakat, karena memang kedua beliau adalah publik figur dan pahlawan bangsa. Dan Ulang tahun ayahanda A.Malik Siddik, cukup diperingati oleh anak-anak beliau yang masih hidup sekarang ini, melalui tulisan di blogger ini, karena beliau juga adalah pahlawan bangsa yang tidak dikenal oleh masyarakat umum, karena beliau pernah memimpin suatu pemerintah daerah didaerah Suliki dan Payakumbuh Utara pada waktu perang Kemerdekaan Indonesia 1946-1950 dahulu, sebagai Wedana Militer dimana berdomisili Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), Koto Tinggi, yang diketuai oleh Mr.Syafruddin Prawiranegara
Persahabatan ayahanda dengan Mohd.Natsir, ,mulai intensif ketika beliau ikut masuk hutan di Sumatera Barat bersama ayahanda waktu Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Lain halnya dengan buya Hamka, persahabatan ayahanda dengan Buya Hamka sudah sejak muda dalam organisasi Muhammadiyah di Minangkabau, yang kebetulan sama-sama bernama Abdul Malik, bahkan sama-sama mempunyai anak yang bernama RUSYDI. bahkan pernah kkd Fahmi Malik tinggal (in de kost) dirumah buya Hamka di Padang Panjang pada zaman Jepang, sebelum kemerdekaan Indonesia. Bahkan ketika add.Mashati menikah dengan add Syaiful Mahdi pada tahun 1971, buya Hamka ikut sebagai saksi pernikahan tersebut.
Semoga Allah SWT, selalu mengasihi memberi kelapangan dalam kubur dan mengampuni dosa-dosa ayahanda dan umianda dan menempatkan beliau dalam syurga, Amin.
Bpk. Mohd. Natsir sempat menyampaikan duka cita atas meninggalnya ayahanda , kepada umianda di Surabaya sekitar tahun awal 1969, ketika beliau datang berceramah di gedung Pertemuan di Surabaya, setelah beliau bebas dari tahanan rezim orde lama.
Mengenai riwayat perjuangan dan pergerakan ayahanda, sempat dibikinkan oleh anak beliau suatu kenangan bersama ayahanda dan umianda, hanya sampai akhir tahun 1954. Semoga dapat dilanjutkan kembali dengan jilid ke 2, Insya Allah.
Perkenalan pertama dengan M.Natsir, dengan ayahanda adalah di nagari Padang Japang pada kira-kira akhir bulan Juni 1949, ketika Dr.Leimena ,Mohd.Natsir dan Dr.Halim menemui dan menjemput Ketua PDRI Mr.Syafruddin Prawiranegara. Ketika itu ayahanda adalah Wedana Militer Payakumbuh Utara dan Suliki, dimana nagari Padang Japang berada. Peristiwa itu berlangsung setelah berhasilnya persetujuan Rum-Royen, dan Presiden Sukarno dan Wapres M.Hatta telah kembali di Yogyakarta dari Bangka. Pertemuan kedua ayahanda dengan Pak Natsir, pada bulan Nopember 1952, setelah Pak Natsir tidak lagi menjadi Perdana Menteri, datang ke Bukittingi menghadiri Ulang Tahun ke 40 Muhammadiyah di Gedung bioskop Cinema Pasar Atas Bukittingi. Ayahanda menjadi ketua Panitia Ulang Tahun Muhammadiyah di Bukittinggi
Sekian kenangan indah dengan tiga tokoh idola kami sekeluarga yang dirayakan kelahirannya 100 tahun pada tahun 2008 ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar